ss

Selamat Datang Di BLog Raihan

Sabtu, 11 Agustus 2012

The Chronicles Of Narnia,The Magician's Nephew

"Keponakan Penyihir" (The Magician's Nephew) adalah novel fantasi anak-anak karya C. S. Lewis. Buku ini adalah buku keenam yang dipublikasikan dari ketujuh buku "The Chronicles of Narnia". Walaupun demikian, bila diurutkan secara kronologi, maka buku ini adalah buku yang pertama.
Buku ini didedikasikan kepada "keluarga Kilmer".


Cerita ini dimulai di London sekitar tahun 1885, ketika dua anak, Digory Kirke dan Polly Plummer bertemu. Pada suatu hari, ketika sedang menjelajahi loteng rumah, mereka tanpa sengaja masuk ke ruangan yang salah dan mengejutkan paman Digory, Andrew Ketterley. Paman Andrew, seorang penyihir yang belajar sendiri, menipu Polly untuk menyentuh sebuah cincin ajaib yang berwarna kuning. Hasilnya adalah Polly tiba-tiba lenyap. Lalu paman Andrew menipu Digory untuk mengikut Polly dengan memakai cincin lain, dengan janji bahwa Digory bisa membawa kembali Polly dengan menggunakan cincin ajaib berwarna hijau. Cincin-cincin tersebut memindahkan Polly dan Digory ke sebuah hutan dengan banyak mata air. Di hutan tersebut, Hutan antara Dunia-dunia, mereka menemukan bahwa ketika cincin yang tepat dipakai, dengan melompat ke dalam mata air yang berbeda, mereka bisa masuk ke dunia yang lain. Digory meyakinkan Polly untuk ikut dan menjelajahi beberapa mata air bersamanya.
Setelah menandai mata air yang akan mengembalikan mereka ke bumi, anak-anak melompat ke dalam mata air yang lain. Mereka sampai sampai di sebuah istana yang sudah hancur di ibukota kuno dari dunia tersebut, dunia Charn. Mereka menemukan sebuah aula besar yang penuh berisi patung-patung lilin dari semua bekas pemimpin-pemimpin Charn dari yang pertama kali memimpin. Wajah-wajah yang pertama adalah wajah-wajah yang baik, bahagia dan kuat. Namun wajah-wajah yang kemudian adalah wajah-wajah yang sombong dan jahat. Mereka menemukan juga beberapa tempat kosong yang menandakan Charn berakhir sebelum waktunya. Mereka juga menemukan sebuah bel, dan juga pengumuman yang menantang untuk membunyikan bel tersebut dan juga peringatan untuk tidak membunyikannya. Digory jatuh ke dalam tantangan tersebut dan membunyikannya, meskipun ditentang oleh Polly. Bel itu membangunkan patung lilin yang terakhir, yaitu Ratu Jadis yang sangat jahat.
Sang ratu menceritakan bagaimana ia dan saudara perempuannya terlihat perang saudara. Perang tersebut merupakan perang terakhir yang sekalihgus menghancurkan dunia tersebut. Untuk memenangkan perang tersebut, Jadis menggunakan rahasia "Kata Kemalangan". Kutukan ini membuat semua kehidupan di Charn musnah kecuali hidup Jadis. Ratu Jadis sendiri akan duduk seperti patung di aula besar sampai seseorang datang untuk membunyikan bel. Anak-anak tersebut ketika mengetahui kejahatan ratu Jadis, mencoba untuk lari kembali ke Hutan antara dunia-dunia. Namun, Jadis bisa kembali bersama mereka dengan menarik rambut Polly ke hutan tersebut lalu ke London. Digory dan Polly berusaha untuk memindahkan Jadis ke dunia lain dan akhirnya berhasil melakukannya, meskipun dengan tanpa sengaja membawa serta paman Andrew, seorang kusir kereta bernama Frank dan kudanya yang bernama Strawberry.
Digory membawa seluruh rombongan tersebut ke mata air yang terdekat, karena mengira mata air tersebut akan membawa mereka ke Charn. Namun pada kenyataannya, mereka masuk ke sebuat dunia yang gelap dan kosong. Jadis mengenali bahwa dunia itu adalah dunia yang belum diciptakan. Namun, tidak lama kemudian, mereka mendengar nyanyian yang kelihatannya membuat bintang menjadi bersinar dan matahari menjadi terbit. Para pengunjung sekarang bisa melihat bahwa yang bernyanyi adalah seekor singa yang agung, Aslan. Mereka melihat Aslan memberikan kehidupan ke dunia tersebut dengan menciptakan tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan. Aslan menciptakan semuanya dari tidak ada menjadi ada. Namun, Jadis yang takut melihat Aslan menyerang Aslan dengan tiang besi lampu yang dibawanya dari London. Kejadian tersebut sama sekali tidak mengganggu Aslan dan Jadispun melarikan diri. Tiang lampu yang terjatuh di tanah Narnia yang muda, tumbuh menjadi sebuah tiang lampu yang menyala. Aslan lalu memilih beberapa hewan dan membuat mereka menjadi binatang yang pintar dan bisa berbicara, dan memberikan mereka kekuasaan atas binatang-binatang yang lain.
Aslan lalu mengirim Digory ke sebuah perjalanan untuk mengambil sebuah apel untuk melindungi Narnia dan untuk menebus kesalahannya yang telah membawa penyihir jahat Jadis ke dunia baru Narnia. Polly, Digory dan Strawberry (yang sudah diubah Aslan menjadi seekor kuda bersayap dan dinamai Fledge) terbang ke pegunungan yang sangat jauh untuk mengambil apel tersebut dari sebuah taman yang berpagar. Ketika Digory mengambil apel tersebut dan bersiap-siap untuk pergi, ia melihat Jadis yang sudah berada di taman itu sebelum mereka. Ia mencobai Digory untuk memakan apel tersebut dan menjadi selamanya muda, dan juga dengan diam-diam mengambil satu buah untuk dibawa kembali ke London untuk menyembuhkan ibunya yang sakit keras. Jadis sendiri sudah memakan sebuah apel dan menjadi abadi. Meskipun tergoda untuk mencuri satu apel untuk menyelamatkan ibunya, Digory yakin ibunya sendiri tidak akan mengijinkan ia mencuri. Karena itu, ia memegang janjinya kepada Aslan dan kembali ke Narnia untuk menyerahkan apel tersebut.
Aslan lalu memberitahu Digory bahwa ia telah melakukan tugasnya dengan baik dan memerintahkannya untuk melempar apel tersebut ke tepi sungai. Aslan lalu menobatkan raja dan ratu Narnia yang pertama (Frank dan istrinya Helen yang dipindahkan secara ajaib dari bumi ke dunia Narnia). Sementara itu, sebuah pohon baru muncul dari tempat Digory melemparkan apel tersebut. Aslan menjelaskan bahwa pohon tersebut akan melindungi Narnia dari penyihir jahat Jadis, karena ia telah mencuri sebuah apel dari pohon yang asli dengan cara yang mementingkan diri sendiri dan hal tersebut membuatnya membenci wangi dari pohon baru tersebut. Aslan memberitahu Digory bahwa jika ia mencuri apel tersebut sesuai usulan Jadis, maka ibunya akan sembuh, namun akan datang hari dimana ibunya berharap ia lebih baik mati dalam penyakitnya. Digory lalu diberi sebuah apel dari pohon baru tersebut untuk diberikan kepada ibunya. Digory, Polly dan paman Andrew kemudian dikirim oleh Aslan ke Hutan antara Dunia-dunia, lalu kembali ke London. Digory memberikan apel tersebut kepada ibunya, dan ibunya menjadi sembuh. Digory lalu menguburkan bagian tengah apel tersebut di halaman belakang. Lalu ia juga menguburkan cincin-cincin ajaib sesuai dengan instruksi Aslan agar tidak disalahgunakan di masa depan.
Bagian tengah apel itu lalu tumbuh menjadi sebuah pohon, dimana bertahun-tahun kemudian pohon tersebut tumbang karena badai besar. Digory yang sekarang sudah menjadi profesor yang berumur tidak tega untuk menjadikan batang pohon tersebut menjadi kayu bakar. Ia lalu membuat sebuah lemari dari batang pohon itu, dimana lemari tersebut menjadi cerita di "Sang Singa, Sang Penyihir dan Lemari"

The Chronicles Of Narnia,The Horse And His Boy

Kuda dan Anak Manusia (The Horse and His Boy) adalah novel karya C. S. Lewis. Novel ini dipublikasikan pertama kali pada tahun 1954 dan menjadi buku kelima dari tujuh seri kisah "The Chronicles of Narnia". Meskipun buku ini adalah buku kelima yang diterbitkan, namun jika diurutkan berdasar kronologi cerita, buku ini menjadi buku yang ketiga setelah "Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari". Buku ini adalah satu-satunya dari ketujuh buku Narnia yang tokoh utamanya bukanlah anak-anak dari dunia kita. Kisah dalam cerita ini mengisahkan seorang anak yang diasuh oleh orang Calormen yang berniat pergi ke Narnia dan Archenland bersama seekor Kuda yang Bisa Berbicara dari Narnia, Bree.


Sastha adalah seorang anak yang tinggal di daerah pantai Calormen. Ia diasuh oleh seorang yang kasar dan haus uang bernama Arsheesh. Sastha selalu mengimpikan untuk perjalanan ke daerah utara yang tidak pernah ia ketahui wujudnya. Pada suatu hari, seorang panglima Calormen bersama kuda perangnya berniat membeli Sastha. Arsheesh mengajak panglima itu menginap di gubuknya sambil menawar harga, dan Sastha terpaksa menginap di istal. Di Istal, Sastha terkejut ketika kuda perang sang panglima bisa berbicara. Kuda itu bernama Bree, Kuda yang Bisa Berbicara yang diculik dari Narnia dan menjadi budak Calormen. Kuda itu mengajak Sastha untuk berpergian bersama ke Utara, Bree memberikan motivasi tambahan untuk Sastha: Sastha berkulit putih, berbeda dengan kulit Calormen kebanyakan, artinya Sastha berasal dari negeri Utara. Sastha dan Bree akhirnya mengadakan perjalanan dengan Sastha mendapat tutor mengendarai kuda secara bebas oleh Bree. Mereka kadang mencuri untuk menyanggupi kebutuhan makan. Saat menyeberangi sungai di hutan kala malam, mereka merasa diikuti seekor kuda dan penunggangnya, bersamaan dengan itu, mereka dikejar singa. Singa itu mengejar mereka hingga kuda penguntit itu kini bersama dengan Bree dan Sastha. Akhirnya, mereka lolos dari kejaran dan mereka berdua, berkenalan dengan Aravis Tarkheena dan Kuda yang Bisa Berbicara, Hwin.
Aravis yang merupakan putri bangsawan Calormen, mengatakan bahwa ia kabur bersama Hwin karena ia dipaksa menikah oleh ayahnya dengan Ahostha Tarkaan, penasihat Tisroc yang bengis dan kaya, saat ia ingin bunuh diri, Hwin mencegahnya dan memberikan solusi agar pergi ke Narnia. Kemudian, mereka berempat mendiskusikan bagaimana cara melewati rintangan tersulit, yaitu sungai besar yang ditengahi ibukota Imperium Calormen, Tashbaan. Apabila mereka berhasil melewati rintangan itu, mereka hanya harus melewati padang pasir dan pegunungan Archenland dan sampai ke Narnia. Mereka memutuskan menyamar sebagai pedagang dan menyeberangi Tashbaan. Sesampai di Tashbaan, mereka bertemu dengan rombongan Ratu Susan dan Raja Edmund dari Narnia. Saat itulah, Sastha dikira Corin, pangeran Archenland. Ia diseret ke rumah singgah rombongan Narnia. Disanalah, Sastha mendengarkan bagaimana Ratu Susan ingin menghindari pinangan anak Tisroc. Mr. Tumnus sang faun menyarankan pengelabuan pesta kapal agar tidak ada yang curiga. Kemudian, malam harinya, kapal akan diam-diam pergi dari Calormen. Sastha, diberikan jamuan enak dan malam harinya ia bertukar tempat dengan pangeran Corin yang asli, yang merupakan anak yang pemberani namun nakal. Setelah bertukar tempat, Sastha sukses keluar dari Tashbaan dan pergi ke Makam Raja-Raja Lampau di Utara Tashbaan yang dianggap angker, tempat reuni rombongan pelarian apabila mereka terpisah.
Nasib Aravis, Bree, dan Hwin lebih baik. Aravis bertemu teman baiknya, Lasaraleen yang sangat feminim dan kaya. Lasaraleen membantu Aravis dan kedua kuda agar bisa sampai ke makam secepatnya. Saat mengendap keluar lewat istana Tisroc, mereka mencuridengar pembicaraan Ahostha, Tisroc, dan anak Tisroc, Rabadash. Rabadash meminta izin pada Tisroc agar melakukan penyerangan tiba-tiba ke Narnia sementara Raja Agung Peter sedang memerangi raksasa di Utara. Akhirnya, mereka berempat kembali bersama dengan Sastha mengetahui berita penyerangan. Mereka berempat menyusuri pasir dan tebing hingga sampai ke seberang Sungai Winding Arrow yang berada jauh dari padang pasir. Namun perjalanan tidak lagi sama kala mereka di bukit Archenland, mereka melihat pasukan Calormen. Lalu mereka dikejar oleh seekor singa lagi hingga akibatnya Aravis cedera dan mereka bisa istirahat di rumah Pertapa Perbatasan Selatan. Pertapa itu memercayakan Sastha untuk memberitahu soal penyerangan Calormen kepada Raja Lune, raja Archenland sekarang. Sastha berlari ke Anvard dan bertemu Raja. Akhirnya, Raja berterimakasih kepada Sastha dan menyiapkan perlindungan. Sementara itu, Sastha juga diemban tugas untuk menyampaikan penyerangan ke Narnia untuk membantu Archenland. Saat perjalanan, Sastha bertemu Aslan yang ternyata adalah singa yang selalu mengejar mereka agar perjalanan mereka bisa tepat pada waktunya. Sastha pergi ke Narnia dan menyampaikan ke seluruh rakyatnya. Istana Cair Paravel yang berisi Raja Edmund, Ratu Susan, dan Ratu Lucy segera mengadakan persiapan pula bersama Hewan-Hewan yang Bisa Berbicara. Dengan pertempuran itu, akhirnya pasukan Calormen bisa dikalahkan dengan sang pemimpin penyerangan, Rabadash, menjadi tawanan.
Sastha lalu dihubungkan dengan kemiripan wajahnya dengan Corin, bahwa Sastha adalah kakak kembar Corin yang terpisah sejak lahir. Sastha yang sebenarnya bernama Cor, pergi ke Pertapa dan menjemput Aravis, Bree, dan Hwin ke Archenland. Disana, terjadi perundingan untuk penghakiman Rabadash. Saat itu, Aslan datang dan mengubah Rabadash menjadi seekor keledai. Aslan berkata, Rabadash bisa menjadi dirinya lagi apabila ia berada di Kuil Tash, ia akan menjadi manusia lagi. Dan ia bisa menjadi keledai lagi apabila ia berada lebih dari 10 mil dari Tashbaan. Maka, Cor menjadi pewaris takhta Raja Lune dan Aravis yang bebas dari kehidupan aristokrat Calormen, menikahi Cor. Kehidupan di Archenland menjadi damai kembali.

The Chronicles Of Narnia,The Last Battle

"Pertempuran Terakhir" (The Last Battle) adalah buku ketujuh dan yang terakhir dari novel "The Chronicles of Narnia", karya C. S. Lewis. Atas karya ini, C. S. Lewis mendapat penghargaan Carnegie Medal pada tahun 1956.
Di dalam buku ini C. S. Lewis membawa cerita “The Chronicles of Narnia” sampai pada akhirnya. Buku ini bercerita tentang akhir zaman dari Narnia dan menyimpulkan cerita-cerita sebelumnya dengan pengalaman anak-anak manusia di Narnia dan di bumi.


Cerita dimulai dengan kekuasaan raja terakhir negeri Narnia , Raja Tirian. Narnia sudah mengalami masa damai dan sejahtera yang cukup panjang, berlangsung dari kekuasaan Raja Caspian X. Tirian, yang merupakan keturunan langsung dari Caspian X, diinformasikan oleh seorang centaurus bernama Roonwit bahwa peristiwa-peristiwa aneh dan tidak menyenangkan sedang terjadi di negeri itu dan konjugasi planet-planet menunjukkan tanda-tanda yang sangat berbahaya.
Seekor kera bernama Shift berhasil membujuk Puzzle, seekor keledai yang baik namun bodoh, untuk memakai kulit singa dan menyamar sebagai Aslan. Puzzle, meskipun enggan, berhasil ditipu oleh Shift yang mengatakan bahwa hal ini adalah kehendak Aslan. Setelah makhluk-makhluk Narnia berhasil ditipu, Shift memerintahkan mereka untuk bekerja demi orang-orang Calormen. Makhluk-makhluk pohon ditebang dan dijual sebagai potongan-potongan kayu biasa. Uang yang didapat akan dimasukkan ke dalam perbendaharaan Aslan, yang akan digunakan oleh Shift dengan alasan demi kepentingan Narnia.
Raja Tirian dengan sehabatnya, Jewel, seekor unicorn berbicara pada awalnya juga tertipu oleh kabar kedatangan Aslan. Namun ketika mereka mendengar Shift mengatakan kepada makhluk-makhluk Narnia bahwa Aslan dan dewa orang Calormen, Tash adalah sama, dengan nama “Tashlan”, mereka menyadari bahwa seluruh kabar yang mereka dengar adalah kebohongan belaka. Ketika Tirian menuduh Shift melakukan kebohongan, tentara-tentara Calormen datang dan mengikat sang raja ke sebuah pohon. Lalu, Tirian berseru kepada Aslan untuk pertolongan dan mendapat penglihatan akan Digory Kirke, Polly Plummer, Peter Pevensie, Edmund Pevensie, Lucy Pevensie, Eustace Scrubb dan Jill Pole, walaupun Tirian tidak mengenali siapa mereka. Mereka bisa melihat Tirian, dan walaupun suara Tirian tidak bisa sampai kepada mereka, mereka menebak bahwa ia adalah seseorang yang berasal dari Narnia. Tidak lama kemudian, Eustace dan Jill masuk ke dalam dunia Narnia dan melepaskan ikatan sang raja.
Lalu mereka menolong Jewel dan Puzzle, yang mereka maafkan ketika mereka sadar bahwa Puzzle adalah korban penipuan Shift. Mereka menolong pula segerombolan dwarf, tetapi karena kepercayaan mereka akan Aslan sudah sirna, mereka menolak untuk menolong Narnia. Hanya seorang dwarf, Poggin, yang tetap setia kepada Aslan, Tirian dan Narnia, dan bersedia untuk menolong. Tirian dan kelompoknya yang kecil kemudian bertempur dengan tentara Calormen. Sepanjang peperangan banyak hewan-hewan yang terbunuh (oleh gerombolan dwarf tadi yang menyerang kedua belah pihak).
Di akhir perang, gerombolan dwarf jahat tersebut, Jill, Eustace dan yang terakhir Tirian, ditangkap dan dibuang ke dalam kandang, dimana seharusnya Tashlan berada. Selain itu pemimpin tentara Calormen, Rishda Tarkaan, yang memulai ide bahwa Aslan dan Tash adalah sama, juga masuk ke dalam kandang tersebut. Namun, apa yang ditemukan oleh Rishda (seorang yang sebenarnya tidak percaya akan adanya Aslan dan Tash) di balik pintu kandang adalah Tash sendiri! Tash menangkap Rishda yang ketakutan. Lalu, Peter, Edmund, Lucy, Digory, Polly, Eustace dan Jill muncul, dan Peter memerintahkan Tash untuk pergi. Tash lalu pergi dengan membawa Rishda Tarkaan. Tirian menanyakan tentang Susan (karena sekarang ia sudah tahu siapa saja yang di hadapannya). Kemudian mereka menceritakan tentang Susan yang sudah “dewasa” dan sudah bukan lagi “sahabat Narnia”, karena itu Susan tidak bersama-sama dengan mereka.
Yang aneh dengan kandang tersebut adalah, kandang tersebut tidaklah seperti kandang. Lebih tepatnya seperti suatu dunia yang lain. Namun, hal itu tidak bisa dilihat oleh gerombolan dwarf jahat yang juga dilempar ke dalam kandang tersebut. Ketika Aslan muncul, Lucy meminta bantuan Aslan untuk menolong mereka. Aslan lalu menunjukkan kepada Lucy apa yang ia bisa dan tidak bisa lakukan. Meskipun diberikan makanan yang enak, mereka tidak bisa melihat dan merasakan semuanya itu, sebaliknya mereka mengira itu adalah makanan hewan ternak biasa. Mereka tidak bisa melihat Aslan dan dunia baru tersebut dan tetap terjebak dalam kegelapan kandang.
Kemudian, Aslan berdiri di depan pintu kandang. Semua makhluk Narnia, termasuk yang sebelumnya sudah meninggal, berkumpul di luar kandang untuk masuk ke dalam dunia lain itu. Yang setia kepada Aslan dan Narnia, bisa memasuki dunia itu. Namun, bagi yang tidak setia, akan ketakutan dan tidak masuk, mereka menghilang ke dalam kegelapan dan tidak diketahui lagi nasibnya. Yang berada di balik pintu lalu melihat bahwa dunia Narnia kemudian hancur, naga dan kadal raksasa berkeliaran menghancurkan tumbuh-tumbuhan yang ada. Akhirnya Bapak Waktu memanggil bintang-bintang untuk turun dari langit. Kemudian, permukaan laut meninggi dan naik menyelimuti Narnia. Aslan memerintahkan Peter untuk menutup dan mengunci pintu. Lalu, Aslan memimpin mereka menuju ke negerinya.
Semakin mereka memasuki negeri itu, semakin mereka melihat persamaan antara dunia baru tersebut dan dunia Narnia yang baru hancur. Akhirnya mereka menyadari bahwa dunia baru itu adalah dunia asli, dimana dahulu kala dunia Narnia dibuat dengan dunia ini sebagai contohnya. Mereka lalu bertemu dengan seorang tentara Calormen, yang bernama Emeth, yang diijinkan Aslan untuk masuk ke dunia itu. Dari cerita Emeth, seorang yang baik dan terhormat, namun mengakui Tash sebagai dewanya, diketahuilah alasan mengapa Emeth diijinkan berada di situ. Aslan mengatakan kepada Emeth bahwa sepanjang hidupnya ia telah melakukan banyak hal yang berguna, dan karena keberadaan Aslan dan Tash begitu bertolak belakang, maka tidak ada perbuatan yang sia-sia yang bisa dilakukan untuk Aslan, dan tidak ada perbuatan yang tidak sia-sia yang bisa dilakukan untuk Tash.
Mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka dan akhirnya bertemu dengan semua sahabat-sahabat lama mereka dari cerita sebelumnya, seperti Mr Tumnus, Reepicheep, Raja Caspian X, Fledge, Raja Cor dan Ratu Aravis dan yang lain-lain. Di dalam dunia ini, selain menemukan bentuk asli Narnia, mereka juga menemukan bentuk asli bumi. Kemudian diketahui bahwa Peter, Edmund, Lucy, Digory, Polly, Eustace dan Jill semua tewas dibumi karena kecelakaan kereta api dan akan menikmati kehidupan setelah kematian di Narnia asli itu. Akhirnya, cerita ini ditutup dengan Aslan sudah tidak terlihat seperti singa lagi di Narnia asli, melainkan menjadi suatu keberadaan yang begitu indah dan tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan keindahan-Nya.

Jumat, 27 Juli 2012

The Chronicles Of Narnia,Prince Caspian

Pangeran Caspian (Caspian ke-10) tinggal bersama pamannya, seorang Lord Protector Narnia, Miraz dan istrinya yang berambut merah, Prunaprismia. Mereka Adalah Bangsa Telmar, yang datang dari Sungai Telmar dekat Shudering Wood. Mereka (Caspian I; Caspian si Penakluk) menaklukkan Narnia, berperang melawan hewan-hewan berbicara, menidurkan peri-peri, dan mengusir penduduk asli Narnia lama dan membangun Narnia baru yang tanpa keajaiban, lebih seperti dunia kita yang membosankan, penuh dengan sekolah-sekolah, penjara, anak-anak yang dipukul orang-tuanya, dan lain-lain.
Keturunannya yang kesembilan bernama Caspian IX. Ia memiliki putra yang ia beri nama Caspian X. Tetapi tahtanya direbut adiknya (Paman Caspian X) yang bernama Miraz. Ia dengan istrinya yang berambut merah, Prunaprismia membesarkan Caspian X dan melarang seruh anggota kerajaan dan rakyatnya mendengungkan Narnia Lama. Suatu hari Caspian (yang masih kecil) berbicara pada Miraz, betapa menyenangkannya Narnia Lama. Karena terkejut, dengan marah ia bertanya dari mana ia mengetahui hal itu, dengan polos Caspian berkata dari perawatnya, (yang ternyata adalah seorang Dwarf setengah manusia yang menyusup ke dalam istana) dan beberapa hari kemudian, perawat yang sangat disayanginya itu diusir tanpa diberi kesempatan untuk berpamitan dengan Caspian.
Namun setelah itu ada Dwarf penyusup lain. Ia seorang yang pintar dalam ilmu pengetahuan dan 'sedikit' sihir. Ia bernama Dr. Cornelius. Dengan penuh kerahasiaan ia dan Caspian pergi ke menara yang tinggi dan menyaksikan bintang Tarva dan Alambil yang bergantung di langit, dan memberitahunya bahwa Caspian harus segera melarikan diri ke Archenland berlindung dari ambisi Miraz untuk membunuhnya. Dengan kudanya, Destrier, ia pergi ke selatan dan bertemu dengan rakyat Narnia lama yang bersembunyi di sekitar Dancing Lawn. Ia mengatur siasat dan memutuskan untuk meniup Terompet Ajaib (milik Susan Pevensie, yang tertinggal di Narnia, ketika mereka berburu Rusa Putih di hari terakhir mereka di Narnia) dan menyedot kembali 4 anak Pevensie itu ke Narnia, tepatnya di Cair Paravel (yang kini telah menjadi reruntuhan).
Dari Cair Paravel, Peter, Susan, Edmund, dan Lucy juga Trumpkin si Dwarf berpetualang menuju Aslan's How (bukit Stone Table) dan menuju Caspian serta menolong nya merebut tahtanya dari Lord Protector Miraz. Dan dengan bantuan Aslan, Narnia yang lama dibangkitkan kembali, pohon-pohon berjalan, dewa-dewi bermunculan. Miraz pun terbunuh oleh anak buahnya sendiri, Lord Sopespian. Setelah petualangan mereka berakhir, Aslan berkata pada Peter dan Susan bahwa mereka berdua tak akan kembali ke Narnia karena mereka terlalu tua. Akhirnya dengan sebuah pintu yang dibuat di tengah padang, ke-empat anak-anak Pevensie kembali ke dunia mereka.

The Chronicles Of Narnia,The Silver Chair

Kursi Perak (The Silver Chair) adalah buku keempat yang dipublikasikan dari ketujuh seri buku "The Chronicles of Narnia". Secara kronologi, buku ini adalah buku yang keenam. Buku ini adalah satu dari dua buku Narnia, dimana anak-anak Pevensie tidak tampil sebagai tokoh utama (buku yang lain adalah "Keponakan Penyihir").
Ringkasan cerita Cerita ini dimulai dengan Eustace dan teman sekelasnya, Jill Pole, yang menghadapi masalah di sekolah mereka. Anak-anak yang bandel tidak mendapat teguran, sehingga mereka mempermainkan anak yang lebih lemah. Atas usul Eustace, mereka berdua meminta pertolongan Aslan agar terhindar dari anak-anak bandel itu, dan mereka akhirnya berhasil masuk ke dunia Narnia, tepatnya sampai di negeri Aslan. Sesampainya disana Jill menyombongkan diri dengan berdiri di ujung tebing. Eustace yang berusaha menariknya mundur, terjatuh dari tebing itu. Aslan muncul dan menyelamatkan mereka. Aslan menjelaskan kepada Jill yang sendirian (Eustace ditolong dengan ditiup Aslan ke negeri Narnia sewaktu terjatuh), bahwa ia dan Eustace mempunyai tugas untuk menyelamatkan Pangeran Rilian dari Narnia yang hilang beberapa tahun sebelumnya. Aslan memberitahu Jill bahwa tugasnya akan lebih berat karena kesalahannya yang menyebabkan Eustace jatuh. Aslan memberikan Jill empat tanda-tanda yang harus ia hafal untuk membimbing perjalanan mereka. Aslan lalu meniup Jill ke Narnia seperti yang dilakukannya kepada Eustace. Jill sampai di Narnia beberapa saat setelah Eustace sampai. Setiba mereka di Narnia, Eustace dan Jill sempat melihat Raja Caspian X (sahabat Eustace) yang sudah tua yang memulai perjalanan untuk mencari anaknya sekali lagi. Meskipun tidak bisa bertemu langsung dengan sang Raja, Eustace bertemu dengan Trumpkin, dwarf yang dikenalinya yang mempersilakan mereka tinggal di Cair Paravel. Dari sana, dengan bantuan Glimfeather, seekor burung hantu, Eustace dan Jill bertemu dengan Parlemen burung-burung hantu yang berbicara. Eustace dan Jill mendapat informasi bahwa Pangeran Rilian hilang ketika mencari ular hijau yang membunuh ibunya dan ia akhirnya terjebak oleh trik sang penyihir. Untuk membimbing perjalanan kedua anak manusia itu, mereka meminta Puddleglum, seorang Marsh-wiggle, untuk membantu. Aslan tidak muncul lagi sampai pada akhir cerita. Namun tanda-tanda yang diberitahukannya kepada Jill menjadi pusat dalam cerita ini. Kepercayaan kepada Aslan yang ditunjukkan oleh Eustace, Jill, Puddleglum dan Pangeran Rilian adalah bagian yang terpenting dalam mengalahkan sang Lady Bergaun Hijau, yang berusaha menghancurkan kepercayaan mereka akan Narnia. Aslan diceritakan muncul dihadapan Raja Caspian dalam perjalanannya dan memerintahkan sang raja untuk kembali ke Narnia dan berjumpa dengan putranya. Setelah Caspian meninggal, ia membawa Eustace, Jill dan jasad Caspian ke negeri Aslan. Disana, Aslan dengan darah dari telapak kakinya, membangkitkan Caspian untuk tinggal di negeri Aslan. Pada akhirnya Aslan mengirim Eustace dan Jill kembali ke sekolah mereka dan membantu membalaskan perbuatan nakal dari anak-anak bandel dari sekolah tersebut. Caspian juga diijinkan Aslan untuk melihat sekilas bumi meskipun hanya lima menit.

The Chronicles Of Narnia,The Voyage Of The Dawn Treader

Edmund dan Lucy Pevensie, dikirim ke rumah saudara sepupu mereka yang nakal, Eustace Clarence Scrubb, untuk berlibur. Namun, tanpa disangka-sangka, mereka ditarik ke dalam dunia Narnia, melalui gambar sebuah kapal di tembok kamar menjadi hidup. Mereka bertiga jatuh ke lautan dan ditolong oleh awak-awak dari sebuah kapal yang bernama Dawn Treader.
Ketika mereka sudah ditolong, mereka disambut oleh Raja Caspian X, sahabat Edmund dan Lucy dalam petualangan mereka sebelumnya (diceritakan di buku “Pangeran Caspian”). Rupanya dalam tahun ketiga pemerintahannya, raja Caspian melakukan perjalanan dengan menggunakan kapal Dawn Treader untuk mencari tujuh orang Lord yang hilang. Para Lord itu adalah sahabat-sahabat ayah Caspian yang disingkirkan Raja Miraz, raja sebelum Caspian. Lucy dan Edmund sangat berbahagia karena bisa kembali ke Narnia, namun tidak demikian dengan Eustace yang tidak bersemangat dan bersikap menyebalkan. Raja Caspian didampingi oleh kaptennya, Lord Drinian, perwira kedua Rhince, awak-awak kapal dimana salah satunya bernama Rynelf dan sang tikus gagah berani, Reepicheep, dalam perjalanan untuk mencapai lautan timur. Sebelum menyelamatkan Lucy, Edmund dan Eustace, perjalanan Dawn Treader sudah melewati Galma, Terebinthia dan Seven Isles.
Pertama-tama mereka sampai di Lone Islands, yang masih termasuk wilayah kerajaan Narnia. Sangat disayangkan penduduk pulau tersebut sudah berubah jahat, karena mereka terlibat dalam penjual-belian budak. Caspian, Edmund, Lucy, Eustace dan Reepicheep diculik dan untuk dijual di pasar budak. Seorang pria membeli Caspian sebelum mereka sampai di pasar itu. Ternyata pria itu adalah Lord Bern, salah seorang Lord yang hilang itu. Lord Bern mengakui Caspian sebagai rajanya ketika Caspian memberitahukan identitasnya yang sebenarnya. Raja Caspian dibantu Lord Bern berhasil mengambil alih kembali kekuasaan di pulau itu dari Gubernur Gumpas yang tamak. Ia mengangkat Lord Bern sebagai penguasa baru disana dan memberinya gelar Duke Lone Islands. Setelah menguasai keadaan di istana gubernur, maka raja Caspian pergi ke pasar budak dan berhasil melepaskan teman-temannya. Di pulau kedua yang mereka kunjungi, Eustace meninggalkan kelompoknya untuk menghindari tugas. Dalam pelariannya dari tugas, ia sampai di lembah yang tidak dikenalinya dan menemukan sebuah gua. Dari dalam gua itu, seekor naga muncul dan mati tidak lama kemudian. Tiba-tiba turun hujan dan Eustace harus berlindung di dalam gua itu yang ternyata berisi harta karun. Dia menjadi tamak dan memenuhi kantungnya dengan emas dan perhiasan. Ia juga mengambil sebuah gelang dan memakaikannya diatas siku. Eustace lalu tertidur di gua itu. Ketika ia bangun, ia telah berubah menjadi seekor naga, dan gelang yang dipakainya sangat menyakiti lengannya yang telah menjadi besar.
Ketika teman seperjalanannya melihat Eustace, pertama-tama mereka tidak mengenalinya. Namun dengan bahasa isyarat akhirnya mereka mengetahui bahwa Eustace-lah naga itu. Raja Caspian mengenali gelang yang dipakai Eustace sebagai milik Lord Octesian. Mereka beranggapan Lord Octesian tidak pernah pergi hidup-hidup dari pulau itu. Dalam bentuk seekor naga, Eustace menjadi sadar atas kelakuan nakalnya yang sebelumnya. Ia berubah menjadi lebih baik dengan membantu kelompoknya dengan kemampuannya sebagai seekor naga. Suatu malam tiba-tiba Aslan muncul untuk mengunjungi Eustace. Aslan merubahnya kembali menjadi seorang anak laki-laki. Sebagai hasil pertemuannya dengan Aslan, Eustace kini menjadi anak yang jauh lebih baik. Setelah Dawn Treader diperbaiki, mereka meninggalkan Dragon Island, demikian mereka menamakan pulau itu, dan melanjutkan perjalanan mereka.
Setelah itu mereka sampai di Burnt Island dan terus sampai di Deathwater Island (dinamakan demikian atas usul dari Reepicheep karena disana ada sebuah kolam yang membuat sesuatu yang masuk ke dalamnya menjadi emas, demikian juga dengan Lord Restimar , salah seorang Lord yang dicari, masuk ke dalamnya karena ingin mandi). Setelah dari pulau itu, mereka singgah di The Duffers’ Island. Pulau itu dihuni oleh kaum Dufflepud yang dipimpin oleh Coriakin, seorang penyihir yang baik dan bintang yang sedang menjalankan hukuman.
Dalam perjalanan mereka, mereka juga melewati Pulau Kegelapan. Di pulau terakhir ini, mereka menemukan masalah besar, karena di pulau itu semua mimpi terburuk menjadi kenyataan. Disana mereka menemukan Lord Rhoop yang hidup dalam ketakutan karena telah tinggal di pulau itu cukup lama. Namun akhirnya mereka berhasil lolos dari pulau itu dengan panduan Aslan dalam bentuk seekor burung [albatros]].
Akhirnya mereka sampai di Pulau Ramandu, dimana mereka menemukan Lord Revilian, Lord Argoz dan Lord Mavramorn yang sedang tertidur karena sihir. Di pulau itu mereka bertemu dengan Ramandu seorang bintang tua yang beristirahat dan putrinya. Ramandu menjelaskan cara untuk membangunkan ketiga Lord tersebut adalah dengan berlayar ke Ujung Akhir Dunia dan meninggalkan salah satu awak kapal disana.
Kapal Dawn Treader meneruskan perjalanan ke daerah dimana kaum Manusia Laut tinggal. Disana air terasa manis, bukan asin seperti biasanya. Akhirnya kapal tidak bisa meneruskan perjalanan lebih jauh karena air menjadi terlalu dangkal. Raja Caspian memerintahkan untuk menurunkan perahu dan mengumumkan bahwa ia akan menuju Ujung Akhir Dunia bersama dengan Reepicheep. Para awak dan sahabat-sahabatnya tidak setuju dengan rencana itu, dengan alasan seorang raja tidak boleh meninggalkan rakyatnya. Raja Caspian memasuki kabinnya sambil marah-marah. Namun tidak lama kemudian, mereka menemukan sang Raja dengan muka yang pucat dan mata yang berkaca-kaca. Ternyata, Aslan sudah menegurnya dan mengatakan hanya Reepicheep, Edmund, Lucy dan Eustace yang boleh melanjutkan perjalanan. Yang lain harus kembali ke Narnia.
Lucy, Edmund, Eustace dan Reepicheep melanjutkan perjalanan dengan perahu melalui lautan bunga yang seperti karpet sampai ke daerah yang sudah terlalu dangkal bagi sebuah perahu. Reepicheep melanjutkan perjalanan dengan sebuah perahu kulit kecil yang hanya bisa dipakai Reepicheep, dan Reepicheep sudah tidak akan pernah ditemui lagi di Narnia. Lucy, Edmund dan Eustace lalu berjalan di tempat dangkal dan menemukan seekor Domba yang menawarkan sarapan ikan bakar. Domba itu kemudian berubah menjadi Aslan yang memberitahu bahwa Lucy dan Edmund tidak akan kembali lagi ke Narnia. Mereka diminta untuk belajar tentang Aslan yang mempunyai nama lain di dunia mereka. Di bagian akhir diceritakan tentang Eustace yang sudah berubah menjadi anak baik, dan raja Caspian yang akhirnya menikahi putri Ramandu.

Jumat, 20 Juli 2012

The Chronicles of Narnia, The Lion, the Witch and the Wardrobe

Dimulai dengan secuil kisah Perang Dunia II yang memaksa keempat Pevensie bersaudara diungsikan ke rumah Profesor Kirke (Jim Broadbent). Keempat anak tersebut mulai dari yang tertua ialah Peter (William Moseley), Susan (Anna Popplewell), Edmund (Skandar Keynes), dan Lucy (Georgie Henley).
Ketika hari hujan, mereka bermain petak umpet, saat Peter hampir selesai menghitung (sampai 100 hitungan), Lucy yang terburu-buru mencari tempat persembunyian memasuki sebuah lemari. Setelah menyibakkan jubah-jubah yang tergantung di sana, Lucy mendapati dirinya tertusuk ranting pohon dan menginjak tanah bersalju, bukannya lantai lemari. Agak di kejauhan ia melihat sebuah tiang lampu dan kemudian bertemu dengan Pak Tumnus (James McAvoy), makhluk setengah manusia setengah kambing, yang menjelaskan bahwa kini ia berada di Narnia, negeri yang "selalu musim dingin tetapi tak pernah ada Natal" gara-gara ulah si Penyihir Putih, Jadis (Tilda Swinton).
Beberapa jam Lucy singgah di gua Pak Tumnus, namun anehnya, ketika ia kembali ke ruang kosong tadi, Peter baru saja selesai menghitung. Lucypun menceritakan pengalamannya yang tentu saja tidak mereka percayai.
Akhirnya, mereka berempat memasuki Lemari Ajaib itu dan bersama-sama sampai ke Narnia, menemukan bahwa cerita Lucy selama ini benar adanya. Sedihnya, mereka menemukan gua Pak Tumnus berantakan dan ada selebaran yang menjelaskan bahwa Pak Tumnus ditangkap oleh polisi si penyihir karena dianggap berkhianat dengan menolong Lucy.
Bertemulah mereka dengan Pak dan Bu Berang-berang (suara Ray Winstone dan Dawn French), yang menjelaskan apa yang tengah terjadi. Kedatangan mereka berempat, keturunan Adam dan Hawa, ternyata sudah diramalkan dalam sebuah syair kuno. Aslan (suara Liam Neeson), sang Singa penguasa tertinggi bumi Narnia, juga dikabarkan telah muncul kembali untuk menghadapi si penyihir.
Di tengah-tengah percakapan itu, Edmund diam-diam menyelinap ke luar, berniat menemui Penyihir Putih. Ketiga saudaranya, dengan pertolongan Pak dan Bu Berang-berang, pergi menemui Aslan, meminta pertolongan.
Edmund yang berharap akan kembali mendapat perlakuan baik dari Jadis justru diperlakukan secara buruk. Di dalam penjara istana Jadis, ia bertemu dengan Pak Tumnus yang kemudian ia lihat telah diubah menjadi batu oleh Jadis.
Mendengar Edmund ditawan, pasukan Aslan segara membebaskan Edmund dan membawanya kepada Aslan. Namun Jadis tidak dapat menerimanya. Ia menganggap bahwa Edmund seorang penghianat, dan semua penghianat adalah miliknya. Bila hal itu dilanggar maka dunia Narnia akan dijungkir balikkan. Hal ini menjadi dilema sebuah dilema. Bila Edmund diserahkan maka ramalan syair kuno mengenai empat anak manusia yang akan membebaskan Narnia tidak akan terjadi. Sebaliknya bila Edmund tidak diserahkan maka Narnia akan dijungkir balikkan.
Akhirnya setelah mengadakan perbicangan dengan Jadis disepakati bahwa Aslan akan menggantikan posisi Edmund. Hal ini tidak diketahui oleh siapapun termasuk oleh Susan dan Lucy yang mengikuti Aslan ketika ia menuju ke tempat Jadis. Di Stone Table, Aslan menyerahkan diri, ia diikat, digunduli surainya, lalu dibunuh oleh Jadis. Aslan, Sang Penguasa Narnia pun tewas seketika itu juga.

Bagi Anda yang telah terbuai keindahan dan kemegahan film Trilogi The Lord of The Ring (LOTR) kemungkinan besar Anda akan jenuh melihat film ini. Dan itulah yang saya rasakan.
Keajaiban dunia Narnia yang membuat segala sesuatu mungkin terjadi tidak dapat dibeberkan dengan indah oleh Andrew Adamson, sebagai sutradara film ini. Yang terjadi justru pemaparan serba tanggung yang hanya sekali tampil, walau tujuannya untuk membuat penonton selalu terperangah saat melihat sesuatu yang baru. Peristiwa berakhirnya musim dingin dan berubahnya patung penghuni Narnia jauh dari kesan indah dan mempesona. Peperangan pun hanya bagus dengan banyaknya jumlah dan macam mahluk dimasing-masing pihak, tapi terlalu sebentar untuk ukuran pasukan sebanyak itu. Simak bagaimana angkatan udara Peter yang justru tidak dihadapi oleh Naga yang dimiliki Jadis. Raksasa pengikut Jadis pun hanya bisa 'bercanda' saat pertempuran. Tidak ada peristiwa heriok yang ditunjukkan masing tokoh kecuali Edmund yang bertanding melawan Jadis. Seharusnya perangnya bisa lebih dahsyat dari yang ini.
Untuk keperluan 'keindahan' film, beberapa adegan cerita telah diubah oleh Andrew. Walaupun secara umum perubahan tersebut tidak mengurangi nilai utama dari film ini namun sayangnya perubahannya bersifat tanggung dan ada kalanya ikut menghilangkan pesan-pesan yang terdapat di buku.
Dialog cerdas antara Profesor Kirke dengan Peter dan Susan diubah menjadi lebih sederhana tetapi maknanya justru tidak terlalu dalam. Latar belakang masukkan keempat anak ke Narnia pun juga diubah dengan alasan merasa dikejar Ny Macready karena mereka habis memecahkan kaca jendela. Suatu bentuk pelarian dari tanggungjawab! Kenyataannya, di buku, mereka masuk ke lemari karena memang enggan bertemu Ny Macready yang saat itu membawa turis berkeliling rumah profesor Kirke.
Sosok Aslan-pun juga tidaklah semegah yang dilukiskan sebelumnya. Awalnya saya sempat terkecoh, mengira Aslan akan muncul saat terompet dibunyikan ketika Pevensi bersaudara dan Berang-berang tiba di tempat Aslan. Sedangkan penonton dibelakang saya justru menganggap macan tutul yang berseliweran (terkesan menyelinap) diantara pasukan Aslan ialah Aslannya. Namun, semua rasa penasaran tersebut sontak runtuh bahkan berubah jadi senyum kecut saat melihat Aslan yang muncul dalam kesederhanaan. Jauh sekali dari kesan perkasa yang coba diciptakan sejak semula.
Dalam hal ini mungkin Andrew hendak menggambarkan sosok Aslan sebagai pemimpin yang tidak menakutkan tapi tetap agung. Hanya saja, kesan agung justru tidak nampak, selain badannya yang kadang membesar. Auman Aslan dalam beberapa kali kesempatan juga tidak mampu membuat penonton bergetar, setidaknya musuh ketakutan.
Yang paling fatal ialah proses pengorbanan Aslan menuju ke Stone Table digambarkan secara ringkas dan kurang begitu berkesan. Setelah bangkit dari kematian seharusnya Aslan bercanda dulu dengan Susan dan Lucy yang begitu terpukul dengan kematiannya, namun tidak di film. Ia terlalu terburu-buru untuk membebaskan penghuni Narnia dibandingkan bermain-main dengan anak kecil. Selain itu, proses pengubahan patung kembali ke ujud semula juga dilakukan dengan cepat. Tidak ada gegap gembita kegembiraan para mahluk Narnia. Kegembiraan singa yang satunya saat melihat Aslan, dan juga kemarahan Raksasa yang ingin membunuh Jadis hilang dari pandangan mata.

Untungnya pesan moral yang ditekankan oleh Lewis melalui cerita Narnia tidak terleliminasi secara telak di filmnya. Beberapa nilai moral yang harus dimiliki oleh anak-anak tetap ditonjolkan dalam film ini. Simak bagaimana Lucy mengajak berjabat tangan Pak Tumnus walau ia sendiri tidak tahu apa artinya. Dan simak pula pertolongan Lucy dengan memberikan sapu tangannya saat melihat Pak Tumnus menangis. Nasihat Aslan untuk tidak mempersoalkan yang sudah terjadi saat mempertemukan Edmund dan saudara-saudaranya juga patut kita acungi jempol.
Sosok Lucy yang tampil lugu dan polos memang menarik untuk disimak. Tidak terlalu berlebihan rasanya bila Lucy dianggap penggambaran anak ideal yang diimpikan oleh semua orang tua di dunia ini. Lihatlah bagaimana ia memeluk Edmund ketika bertemu di Narnia untuk pertama kalinya dan ia pula yang pertama kali berteriak memanggil Edmund lalu memeluknya begitu tahu Edmund sudah dibebaskan. Padahal sebelumnya Edmund sering melukai hatinya. Walaupun tidak ada kata maaf tetapi perbuatannya melebihi dari sekedar kata maaf.
Sayangnya sosok Peter dan Susan tidak digambarkan sesuai dengan bukunya. Lewis tidak pernah menceritakan keinginan mereka untuk kembali ke rumah walaupun bahaya menghadang di depan. Sebaliknya di film Susan digambarkan sebagai sosok gadis yang enggan menghadapi masalah sedangkan Peter sebagai orang yang selalu ragu-ragu walau mereka semua telah diramalkan akan menjadi Raja dan Ratu Narnia. Tapi OK-lah lupakan pergeseran peran dan tangkaplah makna bahwa sosok Peter dan Susan sering kita temui atau bahkan kita sendiri mengalaminya.
Sedangkan Edmund, walaupun berperan sebagai pengkhianat namun keberanian dan kecerdikannya saat berperang melawan Jadis patut diacungi jempol. Pada dasarnya Edmund-pun juga memiliki sifat belas kasihan. Simak bagaimana ia berusaha menolong Pak Tumnus dan serigala yang berpihak kepada Aslan.